Permintaan Takdir -Part 9-

Minggu, 29 Januari 2012

Hellooooo !!!! I'm back pemirsah !! maaf sekaleh jarang post, jarang nge blog . itu dikarenakan saya nggak ada waktu . Terimakasih banget buat yang baca . aku bersyukur banget ada yang suka, baca dan sampe vote di paling bawah. makasih juga buat yang udah jadi member . sumpah bersyukur banget :)

***



Jam tujuh tepat!! Hari ini, hari pertama Alvin sekolah. H-1 kompetisi Musikal yang harus Rio jalani.

Keduanya terlihat dingin satu sama lain. Lebih fokus kepada sarapan mereka masing-masing. Alvin mengunyah sandwich dengan lambat. Masih dipenuhi rasa kesal dan amarah tertahan.

Wawancara TOM FELTON (Draco Malfoy)

Selasa, 24 Januari 2012

Member ilang :o Tapi nggak apa-apa :) Maasih tetep semangat nge-Blog dong ya :D
Don't forget to share this guys :D love ya love ya :*

***


TOM FELTON
Behind The Mask of Malfoy

Bakat tak terduga: jago bermain music! Tak disangka, Felton memiliki channel sendiri di YouTube dimana ia menunjukkan video musiknya dan menjual albumnya lewat iTunes di bawah nama Feltbeats.
Untuk mengenal lebih baik lagi actor dibalik topeng Draco Malfoy tersebut, koresponden FiRST, Amanda Aayusya, dengan bantuan Misha dari situs Feltbeats.com berhasil mengejar actor kelahiran London, 22 September 1987 ini di tengah-tengah kesibukannya syuting film Harry Potter and ther Deathly Hallows dan mewawancarainya tentang Draco Malfoy, rencana setelah film HP usai dan pengalaman naik burung unta di Afrika Selatan… eksklusif untuk FiRST Movie Magazine Indonesia.

Pertama-tama, apakah kau masih ingat pengalaman pertama audisi untuk mendapatkan peran di film Harry Potter?

Aku ingat pergi ke Leavesden Studios dan bertemu sutradara Chris Colombus dengan sejumlah anak-anak lain. Kami berbincang bersamanya dan ia melemparkan beberapa pertanyaan untuk melihat reaksi kami. Aku juga ingat, di salah satu panggilan berikutnya, Chris memegang sebuah telur. Ia sengaja menjatuhkan telur itu untuk menguji reaksiku. Orangnya menyenangkan dan membuat siapa pun bisa merasa santai.

Menurut kabar, kau mengikuti audisi untuk peran Harry, tapi malah mendapatkan peran sebagai Draco Malfoy. Apa yang kau rasakan saat menerima peran ini?

Waktu itu aku mencoba beberapa peran berbeda. Tak seperti yang lainnya, aku bukan fans buku HP jadi aku butuh waktu lebih lama untuk masuk ke peran-peran tersebut. Aku senang memerankan Draco, menurutku tidak ada yang lebih cocok memerankan Harry dan juga peran-peran lainnya! Akupun yakin bahwa yang paling cocok kumainkan adalah Draco. Aku merasa sangat beruntung.

Setelah memainkan Draco di enam film, tentunya kau sangat kenal sifat tokoh ini. Sejauh mana kau mengenalnya dan bagaimana perkembangan Draco selama ini?

Draco berkembang lebih lambat dari Harry. Tapi di film yang terbaru ini ia membuat lompatan menuju kedewasaan. Selama ini, cemoohannya masih kekanak-kanakan, tapi disini agak lebih parah.

Tentunya kau sudah membaca buku HP terakhir, Deathly Hallows. Apa pendapatmu tentang Epilogue, bab penutup, di buku itu dan adegan mana yang paling ingin kau mainkan di film?

Dari semuanya, aku justru paling tertarik dengan Epilogue tersebut! Aku tak sabar melihat Darco, Harry dan yang lainnya sebagai orang dewasa! Dalam benakku, Draco akan terlihat seperti ayahnya – mungkin dengan rambut panjang dan tongkat perak!

Salah satu adegan favorit fans di Half-Blood Prince adalah saat Harry dan Draco terlibat duel di sebuah toilet di Hogwarts sampai nyawa Draco terancam. Mereka berharap adegan ini sama seoerti bukunya. Apa cerita dibalik adegan tersebut?

Aku baru melihat sedikit dari adegan itu, tapi syuting-nya sangat intens. Mulainya hanya duel tapi akhirnya menjadi perang sihir yang heboh! Aku tidak bisa memberi banyak bocoran, tapi yang pasti amat intens. Ketegangan antara Harry dan Draco yang sudah menumpuk selama ini akan dikeluarkan – nantikan sebuah pertarungan epic!

Bagaimana rasanya saat syuting adegan itu dengan Daniel Radcliffe? Kalian bukan musuh kan?

Dan hebat – selalu professional dan sangat menyenangkan untuk diajak kerja bareng. Lucunya, suatu saat kami berbincang tentang timnas kriket Inggris… dan 5 menit kemudian kami saling bergulat di kamar mandi! Timbal balik energi kami sangat baik, jadi mudah untuk membuat adegan itu seperti seharusnya… dan kami tidak bermusuhan! Hubungan kami on screen dan off screen sangat baik. Saya rasa kami akan bisa bekerja sama lagi di masa yang akan datang.

Jason Isaacs dan Helen McRory berperan jadi orang tuamu, dan Helena Bonham Carter jadi bibimu, di film HP. Apa kau merasa nyaman dengan mereka?

Mereka mengagumkan! Memang menakutkan pada awalnya bertemu mereka, tapi mereka ramah dan segera membuatku nyaman. Kerja dengan mereka sangat asyik, terutama Helena Bonham Carter.

Film pertamamu, The Borrowers, baru-baru ini diputar di salah satu saluran TV kabel di Indonesia. Disana kau bermain dengan dua actor senior yang juga main di film HP, Mark Williams (Arthur Weasley) dan Jim Broadbent (Proffesor Slughorn). Apakah mereka masih mengingatmu saat bertemu lagi di set HP?

Mark dan Jim mengingatku! Aku gembira bertemu mereka kembali – dua-duanya actor berbakat! Syuting The Borrowers juga menyenangkan. Untuk kerja pertamaku, film ini luar biasa.

Lalu kau main Anna and the King, yang kisahnya bertempat di Negara yang sekarang bernama Thailand. Apakah kau harus datang ke Asia Tenggara untuk syuting?

Aku pergi ke Malaysia bersama ibuku selama 4 bulan. Waktu itu aku masih sangat kecil, jadi tidak banyak yang kuingat. Salah satu yang kuingat adalah mengendarai gajah! Waktu itu aku sampai tak sabar untuk cerita ke teman-teman. Ibuku juga sering cerita kalau aku tak mau makan makanan yang disediakan di set karena terlalu berbeda dari yang biasa kumakan di London, jadi ia harus naik taksi ke Kentucky Fried Chicken, yang letaknya 20 menit dari lokasi syuting, untuk membelikanku makanan setiap harinya!

Akhir-akhir ini kau sudah mengunjungi Asia lagi atau belum? Tempat mana yang menjadi tujuan liburanmu?

Aku belum ke Asia lagi akhir-akhir ini, tapi ingin rasanya kembali kesana dan melihat-lihat lagi semuanya. Saat ini aku paling ingin ke Hawaii. Aku cinta Maui dan ingin sekali syuting disana. Aku juga ingin ke Fiji suatu hari nanti.

Sudah pernah bertemu fans dari Asia?

Secara resmi, belum. Tapi aku ingin segera menemui mereka! Kalau ada kesempatan untuk premier film di Asia dan aku bisa pergi kesana untuk bertemu fans, pasti aku akan datang! Aku juga ingin berkunjung ke Singapura.

Baru-baru ini kau mengeluarkan video musik dan album di YouTube sebagai ‘Feltbeast’. Musikmu sangat luar biasa! Tapi waktu itu kita kaget sekali – kita bahkan tidak tahu kalau kau sangat serius dengan musik.

Terima kasih untuk komentarnya.
Bagiku musik adalah passion dan sudah kukembangkan selama bertahun-tahun. Aku suka bermain musik dengan seorang temanku dan aku suka melihat kreatifitas yang terbentuk dari melakukan jamming bersamanya. Kami banyak belajar dari satu sama lain dan membantu saling membantu untuk mengasah kemampuan.

Jadi kau serius di musik?

Tidak juga… ini hanya sebuah hobi yang amat kunikmati dan aku ingin terus berkreasi disini.

Berkat iTunes dan YouTube, serta account-mu di Twitter dan fansite Feltbeast.com, kau sekarang menjadi semacam fenomena di Internet. Bagaimana perasaanmu tentang hal ini?

Aku menghargai semua dukungan dan perhatian dari para fans. Fansku luar biasa! Mereka membuatku semangat. Berinteraksi dengan mereka di Twitter juga sangat asyik. Sungguh menakjubkan bahwa aku bisa berhubungan dengan berbagai macam orang yang dari seluruh dunia disana. Aku senang mendengar respon mereka dan bangga akan perhatian musikku. Percayalah, aku memperhatikan semua opini mereka.

Mana yang lebih kau suka – acting atau musik? Setelah Harry Potter, jalur karir mana yang akan kau pilih?

Sudah pasti acting, tapi aku juga akan terus menciptakan musik dan lagu karena aku senang berkreasi.

Kau sudah main di beberapa film HP, seperti The Disappeared. Tokoh macam apa yang ingin kau mainkan setelah serial HP usai?

Kupikir akan seru untuk main di film action atau film perang, atau bahkan film tentang musik. Gol-ku adalah untuk memerankan James Bond!

Dengar-dengar kau pernah ke Afrika Selatan untuk acara Jack Osborne’s Adrenaline Junkie (ITV) dan disana kau mengendarai burung unta. Kita cukup geli mendengar ini – bagaimana rasanya?

Seru sekaligus menakutkan! Aku jatuh dan kejadian itu sangat menggelikan! Aku rekomendasikan kalian untuk naik burung unta juga!

Sekarang mari kita berandai-andai. Kalau kau seorang penyihir, pekerjaan apa yang kau pilih?

Mungkin aku akan jadi luthier (orang yang membuat dan memperbaiki alat musik petik) sihir dan menjual alat musik sihir di Diagon Alley.

Ke asrama Hogwarts yang mana Tom Felton akan terpilih?

Aku, Tom Felton, pasti akan masuk Slytherin!

Sekarang kau harus memilih. Jangan terlalu dipikirkan, cukup jawab saja dengan jawaban pertama yang kau inginkan! Kita mulai dengan: Hermione Granger atau Luna Lovegood?

Luna Lovegood.

Scones atau pancakes?

Pancakes.

Gitar akustik atau gitar elektrik?

Akustik.

Deskripsikan Tom Felton dalam 3 frase!

Baik hati, charming dan sopan.

Terakhir, ada pesan untuk fans-mu di Indonesia dan Asia?

Terima kasih untuk support kalian! Aku harap kalian bisa segera nonton Half-Blood Prince. Semoga kalian suka!!

Drama kelas 7

Senin, 23 Januari 2012

Hallo!! Maaf ya aku jarang nge-BLOG lagi . Tugas menumpuk . Udah gitu jarang beli pulsa lagi, HAHA.. hari ini aku nggak post Permintaan Takdir dulu ya :) Gantinya, aku Post drama aku yang paling berhasil waktu kelas 7 ini. satu-satunya yang nggak di remidi loh guys :p

oke cekidot!!

====


Pagi yang cerah, kedua suami-istri ini pergi mengunjungi sebuah panti asuhan dekat rumah mereka. Rencananya, mereka hanya ingin member sedikit sedekah dari usaha mereka.
sesampainya mereka disana, mereka langsung bertemu dengan pengurus panti yang ada disana.
Ibu Dhevia      : Kami kemari, ingin memberi sedikit sedekah dari usaha kami. Ini, tolong di terima ya bu. Untuk anak – anak panti disini.
Ibu panti          : Iya. Terima kasih atas pemberian bu Dhevia, juga pak Wahyu.
Pak Wahyu      : Sama – sama. Kami sangat senang membantu anak – anak disini.
Tanpa sengaja, bu Dhevia melihat seorang anak yang sedang duduk di samping panti asuhan. Sendirian, hanya di temani buku Ilmu Pengetahuan Alam yang sedang asyik di bacanya.
Ibu Dhevia      : Itu, siapa?
Ibu panti          : Oh, itu Zahra. Dia anak panti yang usianya paling tua di antara anak – anak panti disini.
Pak Wahyu      : Memang berapa umurnya?
Ibu panti          : Sekitar 14 tahun. Bulan maret kemarin, ia berulang tahun.
Pak Wahyu      : Wah, cocok untuk jadi kakak bagi anak saya. Umur anak saya 13 tahun, dan ia sering kesepian. Wajar bila dia butuh seorang kakak.
Ibu panti          : Jadi, anda ingin mengadopsi Zahra?
Ibu Dhevia      : Baiklah.
Akhirnya, kunjungan bu Dhevia dan pak Wahyu ke panti asuhan membawa keberuntungan sendiri bagi Zahra. Sekarang, ia mempunyai orang tua baru. Dan ia pasti sangat bahagia. Mereka pun sampai di rumah.
Ibu Dhevia      : Rara! Rara! Coba lihat mama bawa siapa!
Rara                 : Emangnya mama bawa siapa? , Siapa dia?
Pak Wahyu      : Dia jadi kakak kamu sekarang. Namanya Zahra.
Rara                 : Pa, ma. Dia? Kakak Rara? Gak mungkin banget! Papa mama pasti mungut dia kan dari panti asuhan tadi. Iya kan? Rara gak mau punya kakak kayak dia! Dia bukan kakak Rara! Dia itu Cuma anak panti asuhan yang udah gak punya orang tua! Kalian orang tua Rara, bukan orang tua Zahra!
Kemudian, Rara pun lari menuju ke kamarnya.
Ibu Dhevia      : Zahra, kamu sabar ya sayang. Perlahan – lahan, Rara juga pasti akan menerima kamu.
Malam hari, di meja makan.
Pak Wahyu      : Rara! Ayo kita makan malam!
Rara datang dengan lesu. Rara duduk di dekat mama nya.
Rara                 : Ngapain sih elo mesti disini? Ini tuh rumah gue dan keluarga gue. Seharusnya elo tu malu! Elo Cuma anak panti. Lo iri kan sama gue? Karena gue punya orang tua, sedangkan lo? Orang tua lo ngebuang lo ke panti. Iya kan?
Ibu Dhevia      : Rara! Kalau ngomong itu di jaga! Dia kakak kamu sekarang!
Rara                 : Rara gak mau punya kakak kayak dia!!!!!
Rara pun lari menuju kamarnya.
KEESOKAN HARINYA
Zahra               : Jadi, Zahra bakal satu sekolah sama Rara mulai dari sekarang?
Ibu Dhevia      : Iya. Kamu bawa ini. Buku – bukunya.
Zahra               : Makasih ya ma,
Rara keluar dengan memakai seragam.
Rara                 : Papa mana ma? Rara mau berangkat.
Ibu Dhevia      : Kamu satu sekolah dengan Zahra ya! Jadi, kamu berangkat dan pulang sekolah harus bersama Zahra.
Rara                 : APA!! Sama Zahra lagi? Satu sekolah?
Zahra               : Tapi, aku gak satu kelas kok sama kamu. Aku kelas 9, kamu kelas 8.
Rara                 : Sama aja! Intinya, gue satu sekolah sama lo!
Ibu Dhevia      : Sudah, sudah! Sana cepat berangkat!
Sesampainya di sekolah. Rara segera menghambur ke arah teman – temannya, sedangkan Zahra menuju ke ruang kepala sekolah untuk menanyakan dimana kelasnya. Saat Zahra keluar dari ruang kepala sekolah….
Rara                 : Liat deh Saz, Rish, masa’ dia jadi kakak gue? Ih, gak banget kan?
Sazkia              : Hah? Sejak kapan lo punya kakak?
Rara                 : Gak tau tuh nyokap gue. Dia kan di pungut dari panti asuhan. Hahaha,
Sazkia              : Oh, di pungut aja belagu.
Irish                 : Gimana kalau nanti, istirahat kita kerjain dia?
Rara                 : Hmm, boleh juga.
Irish                 : Irish getohh!!
Sazkia              : Hahaha… ( bertos ria )
Istirahat telah tiba. Zahra sedang berjalan di untuk menuju ke kantin.
Rara                 : Saz, siap beraksi!
Zahra pun terjatuh. Sementara Rara dan Sazkia tertawa dengan lepas.
Irish                 : Ya ampun, kasihan juga ya dia. *dalam hati*
Pulang sekolah. Zahra menunggu di depan kelas Rara. Saat Rara sudah di perbolehkan pulang, Rara tidak sama sekali mengacuhkan Rara. Zahra hanya pasrah mengikuti Rara.
Rara                 : Ngapain sih elo ngikutin gue? Gue mau naik taksi! Lo, cari tumpangan sendiri! Gue gak sudi satu taksi sama lo! Ngerti?
Zahra pun hanya sendiri di depan gerbang sekolah. Ia tak tahu arah rumahnya. Tiba – tiba, Irish datang.
Irish                 : Zahra, kamu belum pulang?
Zahra               : Aku, gak tahu jalan pulang.
Irish                 : Bukannya kamu harusnya bareng sama Rara? Ya, sudah. Aku antar saja ya.
Zahra               : Gak usah. Aku takut merepotkan kamu.
Irish                 : Gak apa – apa kok. Aku ikhlas.
Zahra               : Makasih ya.
Irish                 : Kamu baik banget sih. Aku mau saja jadi teman kamu. Tapi, jangan sampai Rara tahu. Nanti, dia bisa marah.
Zahra               : Teriam kasih kamu udah mau jadi teman aku.
Irish                 : Iya. Sama – sama.
Sesampainya di rumah. Zahra berpamitan pada Irish dan masuk ke rumah. Di rumah, Rara tampaknya sedang di marahi oleh ibunya.
Zahra               : Assalamu’alaikum. Zahra pulang.
Ibu Dhevia      : Ya ampun Zahra! Kamu dari mana saja? Pasti kamu di tinggalin kan sama Rara?
Zahra               : Mmm, enggak kok ma. Aku emang sengaja nyuruh Rara pulang duluan, soalnya Zahra mau ke rumah teman dulu.
Ibu Dhevia      : Yakin? , ya sudah kamu ganti baju gih.
Zahra lekas menuju ke kamarnya. Rara mengikuti ke kamar Zahra.
Rara                 : Bagus deh elo gak bilang ke mama soal tadi. Oh iya, lo pulang sama siapa?
Zahra               : Aku, aku, aku, naik, naik, naik busway tadi!
Rara                 : Oh, awas ya kalau lo sampe ngedektin teman-teman gue! Eh, kerjain nih pr gue. Gue mau browsing. Empet gue liat lo terus. Oh ya, gak boleh sampe ada yang salah! Awas lo!
Zahra terpaksa menuruti kemauan Rara. Zahra mengerjakan pr Rara yang berjumlah 45 soal itu.
- pagi hari , di sekolah –
Zahra yang pertama sampai di sekolah, karena belum bangun dari tidurnya. Tiba – tiba, datanglah Sazkia dengan kebingungan.
Sazkia              : Eh lo, Rara mana?
Zahra               : Dia gak bareng sama aku. Emangnya ada apa ya?
Sazkia              : Engga. Gue belum ngerjain pr nih, gue sih nyari Rara buat jadi contekan gue. Tapi, dia juga kayaknya belum ngerjain deh. Ck.
Zahra               : Oh, pr. Sini aku bantu. Mana pr nya? Biar aku ajarin.
Setelah selesai mengerjakan pr.
Sazkia              : Makasih ya Zah, lo baik banget. Gue sih mau mau aja temenan sama lo. Sayangnya, Rara nanti bakal marah. Kita diam-diam aja ya!
Rara pun datang dengan gaya ‘ wajah tanpa dosa ‘ nya bersama Irish di sebelahnya. Sazkia segera menjauhkan diri dari Zahra.
Rara                 : Oh, lo ninggalin gue? Lo naik mobil pribadi sama papa, dan gue di suruh naik taksi! Sumpah ya! Lo itu kayak putri dari panti asuhan yang enggak tau malu!
Zahra               : Bukan gitu Ra, aku di suruh berangkat duluan sama mama. Lagi pula, kamu belum bangun. Aku udah coba bangunin kamu, tapi kamu malah gak mau bangun.
Rara                 : Ah, alesan aja lo! Bilang aja lo tuh mau ngerebut kedua orang tua gue karena lo gak punya orang tua! Iya kan?
Zahra               : Engga Ra. Gak sama sekali!
Rara                 : Ah! Dasar anak panti pembawa sial!
Rara mendorong Zahra hingga jatuh. Tapi kemudian, Sazkia dan irish membantu Zahra untuk berdiri.
Rara                 : Lo berdua ngapain bantuin si anak panti gak tau malu ini?
Sazkia              : Udah cukup Ra! Cukup lo sakitin dia! Dia itu baik! Gak seperti yang lo fikir!
Irish                 : Iya Ra. Lo kenapa sih jahat sama dia? Dia sama sekali gak ada niat untuk ngerebut orang tua lo! Coba lo bayangin kalau jadi dia. Gimana?
Rara terdiam. Sazkia dan Irish menggandeng Zahra ke tempat lain.
Pulang sekolah, Zahra di antar dengan mobil Irish bersama dengan Sazkia. Di mobil mereka bercakap – cakap.
Irish                 : Oh, jadi lo ketua di panti asuhan itu? Hebat!
Zahra               : Biasa aja ah. Oh iya, kalian jangan jauhin Rara ya. Dia butuh kalian, dan suatu saat kalian juga pasti butuh dia.
Sazkia              : Hmmm, bisa di atur.
Mereka bertiga pun larut dalam perbincangan mereka masing – masing. Di rumah…
Zahra               : Zahra pulang!!
Rara                 : Papa sama mama lagi kerja. Pembantu gak ada di rumah. Lo, silahkan cuci piring di belakang!
Zahra menuruti kemauan Rara. Rara melihat dari dekat. Saat Zahra mencuci piring, Rara sengaja menjatuhkan salah satu piring, dan pecah. Tapi Rara pergi begitu saja, Zahra mengambilnya dan meletakkannya di atas meja.
Setelah ibu Dhevia pulang, ia melihat piring tersebut. Rara dan Zahra di suruh berkumpul di ruang tengah. Mereka duduk dengan lunglai.
Ibu Dhevia      : Siapa yang memecahkan piring ini? Ngaku! Mama akan menghukum yang memecahkan piring ini. Tidak ada uang jajan selama seminggu. Ini piring kesayangan papa!
Zahra               : Zahra yang mecahin piring itu ma. Tadi, Zahra lagi cuci piring. Piring itu kesenggol terus pecah.
Ibu Dhevia      : Zahra, kamu gak akan mama kasih uang jajan selama seminggu.
Rara                 : Ka, kenapa sih lo baik banget sama gue? Gue udah salah nilai lo. Maafin gue ya ka.
Zahra               : Iya. Gak apa – apa kok.
Mereka pun berpelukan.
TAMAT


Tugas Seni Budaya
Theater / Drama


“ MAAFKAN AKU KAKAKKU “
                  
               Pemain :
v Etty Nurwahyuningsih sebagai Rara
v Vini Fitriansyah sebagai Irish
v Calvina Izumi Hartono sebagai Sazkia
v Octaliani W.R.P sebagai Ibu Dhevia
v M. Akbar Fauzi sebagai Pak Wahyu
v Lysa Febriyantie sebagai Zahra
v Messy Junita Sari sebagai Narator



SMPN 1 CURUG
2010/2011
 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS