Hallo!! Maaf ya aku jarang nge-BLOG lagi . Tugas menumpuk . Udah gitu jarang beli pulsa lagi, HAHA.. hari ini aku nggak post Permintaan Takdir dulu ya :) Gantinya, aku Post drama aku yang paling berhasil waktu kelas 7 ini. satu-satunya yang nggak di remidi loh guys :p
oke cekidot!!
====
Pagi yang cerah, kedua
suami-istri ini pergi mengunjungi sebuah panti asuhan dekat rumah mereka.
Rencananya, mereka hanya ingin member sedikit sedekah dari usaha mereka.
sesampainya mereka disana, mereka langsung bertemu dengan pengurus panti yang
ada disana.
Ibu Dhevia : Kami kemari, ingin memberi sedikit
sedekah dari usaha kami. Ini, tolong di terima ya bu. Untuk anak – anak panti
disini.
Ibu panti : Iya. Terima kasih atas pemberian bu
Dhevia, juga pak Wahyu.
Pak Wahyu : Sama – sama. Kami sangat senang membantu
anak – anak disini.
Tanpa sengaja, bu
Dhevia melihat seorang anak yang sedang duduk di samping panti asuhan.
Sendirian, hanya di temani buku Ilmu Pengetahuan Alam yang sedang asyik di
bacanya.
Ibu Dhevia : Itu, siapa?
Ibu panti : Oh, itu Zahra. Dia anak panti yang
usianya paling tua di antara anak – anak panti disini.
Pak Wahyu : Memang berapa umurnya?
Ibu panti : Sekitar 14 tahun. Bulan maret
kemarin, ia berulang tahun.
Pak Wahyu : Wah, cocok untuk jadi kakak bagi anak
saya. Umur anak saya 13 tahun, dan ia sering kesepian. Wajar bila dia butuh
seorang kakak.
Ibu panti : Jadi, anda ingin mengadopsi Zahra?
Ibu Dhevia : Baiklah.
Akhirnya, kunjungan bu
Dhevia dan pak Wahyu ke panti asuhan membawa keberuntungan sendiri bagi Zahra.
Sekarang, ia mempunyai orang tua baru. Dan ia pasti sangat bahagia. Mereka pun
sampai di rumah.
Ibu Dhevia : Rara! Rara! Coba lihat mama bawa siapa!
Rara : Emangnya mama bawa siapa? ,
Siapa dia?
Pak Wahyu : Dia jadi kakak kamu sekarang. Namanya
Zahra.
Rara : Pa, ma. Dia? Kakak Rara? Gak
mungkin banget! Papa mama pasti mungut dia kan dari panti asuhan tadi. Iya kan?
Rara gak mau punya kakak kayak dia! Dia bukan kakak Rara! Dia itu Cuma anak
panti asuhan yang udah gak punya orang tua! Kalian orang tua Rara, bukan orang
tua Zahra!
Kemudian, Rara pun lari
menuju ke kamarnya.
Ibu Dhevia : Zahra, kamu sabar ya sayang. Perlahan –
lahan, Rara juga pasti akan menerima kamu.
Malam hari, di meja
makan.
Pak Wahyu : Rara! Ayo kita makan malam!
Rara datang dengan
lesu. Rara duduk di dekat mama nya.
Rara : Ngapain sih elo mesti disini?
Ini tuh rumah gue dan keluarga gue. Seharusnya elo tu malu! Elo Cuma anak
panti. Lo iri kan sama gue? Karena gue punya orang tua, sedangkan lo? Orang tua
lo ngebuang lo ke panti. Iya kan?
Ibu Dhevia : Rara! Kalau ngomong itu di jaga! Dia
kakak kamu sekarang!
Rara : Rara gak mau punya kakak
kayak dia!!!!!
Rara pun lari menuju
kamarnya.
KEESOKAN
HARINYA
Zahra : Jadi, Zahra bakal satu sekolah
sama Rara mulai dari sekarang?
Ibu Dhevia : Iya. Kamu bawa ini. Buku – bukunya.
Zahra : Makasih ya ma,
Rara keluar dengan
memakai seragam.
Rara : Papa mana ma? Rara mau
berangkat.
Ibu Dhevia : Kamu satu sekolah dengan Zahra ya! Jadi,
kamu berangkat dan pulang sekolah harus bersama Zahra.
Rara : APA!! Sama Zahra lagi? Satu
sekolah?
Zahra : Tapi, aku gak satu kelas kok
sama kamu. Aku kelas 9, kamu kelas 8.
Rara : Sama aja! Intinya, gue satu
sekolah sama lo!
Ibu Dhevia : Sudah, sudah! Sana cepat berangkat!
Sesampainya di sekolah.
Rara segera menghambur ke arah teman – temannya, sedangkan Zahra menuju ke
ruang kepala sekolah untuk menanyakan dimana kelasnya. Saat Zahra keluar dari
ruang kepala sekolah….
Rara : Liat deh Saz, Rish, masa’ dia
jadi kakak gue? Ih, gak banget kan?
Sazkia : Hah? Sejak kapan lo punya kakak?
Rara : Gak tau tuh nyokap gue. Dia
kan di pungut dari panti asuhan. Hahaha,
Sazkia : Oh, di pungut aja belagu.
Irish : Gimana kalau nanti, istirahat
kita kerjain dia?
Rara : Hmm, boleh juga.
Irish : Irish getohh!!
Sazkia : Hahaha… ( bertos ria )
Istirahat telah tiba.
Zahra sedang berjalan di untuk menuju ke kantin.
Rara : Saz, siap beraksi!
Zahra pun terjatuh.
Sementara Rara dan Sazkia tertawa dengan lepas.
Irish : Ya ampun, kasihan juga ya
dia. *dalam hati*
Pulang sekolah. Zahra
menunggu di depan kelas Rara. Saat Rara sudah di perbolehkan pulang, Rara tidak
sama sekali mengacuhkan Rara. Zahra hanya pasrah mengikuti Rara.
Rara : Ngapain sih elo ngikutin gue?
Gue mau naik taksi! Lo, cari tumpangan sendiri! Gue gak sudi satu taksi sama
lo! Ngerti?
Zahra pun hanya sendiri
di depan gerbang sekolah. Ia tak tahu arah rumahnya. Tiba – tiba, Irish datang.
Irish : Zahra, kamu belum pulang?
Zahra : Aku, gak tahu jalan pulang.
Irish : Bukannya kamu harusnya bareng
sama Rara? Ya, sudah. Aku antar saja ya.
Zahra : Gak usah. Aku takut merepotkan
kamu.
Irish : Gak apa – apa kok. Aku
ikhlas.
Zahra : Makasih ya.
Irish : Kamu baik banget sih. Aku mau
saja jadi teman kamu. Tapi, jangan sampai Rara tahu. Nanti, dia bisa marah.
Zahra : Teriam kasih kamu udah mau jadi
teman aku.
Irish : Iya. Sama – sama.
Sesampainya di rumah.
Zahra berpamitan pada Irish dan masuk ke rumah. Di rumah, Rara tampaknya sedang
di marahi oleh ibunya.
Zahra : Assalamu’alaikum. Zahra pulang.
Ibu Dhevia : Ya ampun Zahra! Kamu dari mana saja?
Pasti kamu di tinggalin kan sama Rara?
Zahra : Mmm, enggak kok ma. Aku emang
sengaja nyuruh Rara pulang duluan, soalnya Zahra mau ke rumah teman dulu.
Ibu Dhevia : Yakin? , ya sudah kamu ganti baju gih.
Zahra lekas menuju ke
kamarnya. Rara mengikuti ke kamar Zahra.
Rara : Bagus deh elo gak bilang ke
mama soal tadi. Oh iya, lo pulang sama siapa?
Zahra : Aku, aku, aku, naik, naik, naik
busway tadi!
Rara : Oh, awas ya kalau lo sampe ngedektin
teman-teman gue! Eh, kerjain nih pr gue. Gue mau browsing. Empet gue liat lo
terus. Oh ya, gak boleh sampe ada yang salah! Awas lo!
Zahra terpaksa menuruti
kemauan Rara. Zahra mengerjakan pr Rara yang berjumlah 45 soal itu.
- pagi hari , di sekolah
–
Zahra yang pertama sampai
di sekolah, karena belum bangun dari tidurnya. Tiba – tiba, datanglah Sazkia
dengan kebingungan.
Sazkia : Eh lo, Rara mana?
Zahra : Dia gak bareng sama aku.
Emangnya ada apa ya?
Sazkia : Engga. Gue belum ngerjain pr
nih, gue sih nyari Rara buat jadi contekan gue. Tapi, dia juga kayaknya belum
ngerjain deh. Ck.
Zahra : Oh, pr. Sini aku bantu. Mana pr
nya? Biar aku ajarin.
Setelah selesai
mengerjakan pr.
Sazkia : Makasih ya Zah, lo baik banget.
Gue sih mau mau aja temenan sama lo. Sayangnya, Rara nanti bakal marah. Kita
diam-diam aja ya!
Rara pun datang dengan
gaya ‘ wajah tanpa dosa ‘ nya bersama Irish di sebelahnya. Sazkia segera
menjauhkan diri dari Zahra.
Rara : Oh, lo ninggalin gue? Lo naik
mobil pribadi sama papa, dan gue di suruh naik taksi! Sumpah ya! Lo itu kayak
putri dari panti asuhan yang enggak tau malu!
Zahra : Bukan gitu Ra, aku di suruh
berangkat duluan sama mama. Lagi pula, kamu belum bangun. Aku udah coba
bangunin kamu, tapi kamu malah gak mau bangun.
Rara :
Ah, alesan aja lo! Bilang aja lo tuh mau ngerebut kedua orang tua gue karena lo
gak punya orang tua! Iya kan?
Zahra : Engga Ra. Gak sama sekali!
Rara : Ah! Dasar anak panti pembawa
sial!
Rara mendorong Zahra
hingga jatuh. Tapi kemudian, Sazkia dan irish membantu Zahra untuk berdiri.
Rara : Lo berdua ngapain bantuin si
anak panti gak tau malu ini?
Sazkia : Udah cukup Ra! Cukup lo sakitin
dia! Dia itu baik! Gak seperti yang lo fikir!
Irish : Iya Ra. Lo kenapa sih jahat
sama dia? Dia sama sekali gak ada niat untuk ngerebut orang tua lo! Coba lo
bayangin kalau jadi dia. Gimana?
Rara terdiam. Sazkia
dan Irish menggandeng Zahra ke tempat lain.
Pulang sekolah, Zahra di antar dengan mobil Irish bersama dengan Sazkia. Di
mobil mereka bercakap – cakap.
Irish : Oh, jadi lo ketua di panti
asuhan itu? Hebat!
Zahra : Biasa aja ah. Oh iya, kalian
jangan jauhin Rara ya. Dia butuh kalian, dan suatu saat kalian juga pasti butuh
dia.
Sazkia : Hmmm, bisa di atur.
Mereka bertiga pun
larut dalam perbincangan mereka masing – masing. Di rumah…
Zahra : Zahra pulang!!
Rara : Papa sama mama lagi kerja.
Pembantu gak ada di rumah. Lo, silahkan cuci piring di belakang!
Zahra menuruti kemauan
Rara. Rara melihat dari dekat. Saat Zahra mencuci piring, Rara sengaja
menjatuhkan salah satu piring, dan pecah. Tapi Rara pergi begitu saja, Zahra
mengambilnya dan meletakkannya di atas meja.
Setelah ibu Dhevia
pulang, ia melihat piring tersebut. Rara dan Zahra di suruh berkumpul di ruang
tengah. Mereka duduk dengan lunglai.
Ibu Dhevia : Siapa yang memecahkan piring ini? Ngaku!
Mama akan menghukum yang memecahkan piring ini. Tidak ada uang jajan selama
seminggu. Ini piring kesayangan papa!
Zahra : Zahra yang mecahin piring itu
ma. Tadi, Zahra lagi cuci piring. Piring itu kesenggol terus pecah.
Ibu Dhevia : Zahra, kamu gak akan mama kasih uang
jajan selama seminggu.
Rara : Ka, kenapa sih lo baik banget
sama gue? Gue udah salah nilai lo. Maafin gue ya ka.
Zahra : Iya. Gak apa – apa kok.
Mereka pun berpelukan.
TAMAT
“ MAAFKAN
AKU KAKAKKU “
Pemain :
v Etty Nurwahyuningsih sebagai Rara
v Vini Fitriansyah sebagai Irish
v Calvina Izumi Hartono sebagai Sazkia
v Octaliani W.R.P sebagai Ibu Dhevia
v M. Akbar Fauzi sebagai Pak Wahyu
v Lysa Febriyantie sebagai Zahra
v Messy Junita Sari sebagai Narator