LIMA
Shilla
membanting tasnya di meja. Duduk, lalu membenamkan wajahnya diatas tasnya tadi.
Shilla nggak peduli ini hari apa, jam berapa atau pelajaran siapa nanti. Dia
hanya ingin nangis. Merutuki kesialannya.
Siapa lagi
yang membuat Shilla seperti ini? Ya, pasti Mama. Sudah tiga hari ini Shilla
selalu diikuti oleh dewa sial. Dia juga harus mati-matian menahan emosinya yang
sudah di ubun-ubun. Mama selalu menelepon Alvin kalau ada waktu senggang. Entah
itu nanya kabar, nanya jadwal kosong, nanya-nanya soal kepribadian Alvin, malah
pernah menyuruh Alvin jemput Shilla.