So, semua story yang di facebook gue pindah kesini yea guys. enjoy (:
***
SATU
“So… Ashilla
is back, huh?” terdengar dengusan tawa setelah Shilla mendengar pertanyaan yang
lebih mirip pernyataan tersebut dari mulut sahabatnya, Ify.
“Yeah… gue
kira dia nggak akan pernah bangkit.,” ucap Shilla sarkatis. Menertawai dirinya
sendiri dalam hati.
3 bulan
terakhir Shilla memang jadi pendiam, dan murung. Shilla jadi susah diajak
jalan-jalan bersama Sivia dan Ify. Shilla juga hanya makan sekali sehari, yang
normalnya Shilla bisa makan sampai 3 kali sehari plus makan makanan ringan.
Bahkan Shilla jadi sering nangis diam-diam di kamar, yang paginya kedua mata
Shilla membesar seperti bola pingpong.
Bukan tanpa
alasan, tentunya.
“Jadi, tu
cowok brengsek nggak berani dateng setelah lo tau semuanya?” tanya Sivia
setelah mereka duduk di kantin. Kebetulan sekarang memang sudah jam istirahat,
dan belum banyak dari murid SMA Altavia yang keluar dari kelas. Shilla
mendengus.
“Like I
said. Tu cowok emang bener-bener pengecut!” jawab Shilla lalu mengangkat
tangannya, memanggil Bik Sum, pedagang gorengan. Shilla memang udah langganan
dengan tukang gorengan yang satu itu. Sekalian dia juga mau nitip Milk Shake
kesukaannya di warung sebelah Bik Sum.
“Ya, dan lo
terlalu idiot. 3 bulan ini lo buang sia-sia cuma karena tu cowok. Lo harusnya
tau, fisik sama air mata lo nggak pantes buat si brengsek itu.,” timpal Ify
sembari mengaduk-aduk somay-nya. Shilla menghela napas.
“Okay, okay.
Stop talking about that jerk. Now, I’m back. Okay?” Ify dan Sivia mengangkat
bahu acuh. Mereka tahu, kalau Shilla sudah sayang pada seseorang, dia nggak
akan segan-segan memberikan seluruh cintanya pada orang tersebut. Itulah kenapa
Shilla sering disakiti.
“Jadi, lo
mau cari yang baru?” tanya Sivia setelah menelan sebuah bakso berukuran kecil. Shilla
mengangkat bahu tanda tak tahu.
“Nggak tau.
Mungkin gue rehat dulu kali, ya. Gue udah capek disakitin.”
“Pacaran itu
yang biasa-biasa aja, Shill. Jangan terlalu pake hati.,” saran Sivia tanpa
melihat sedikitpun pada Shilla. Cewek itu hanya menunduk lesu.
“Kalian
emang sobat gue,”
***
Pulang sekolah
Shilla dipaksa jalan bersama Ify dan Sivia. Dasar heboh, Shilla memaki dalam
hati. Hanya karena Shilla sudah kembali ceria seperti dulu, keduanya ngajak
karokean di Happy Puppy deket sekolah. Dan itu berarti Shilla harus menyiapkan
tenaga ekstra karena kedua sohibnya ini beneran ‘gila’ kalo disuruh nyanyi.
Sampai
disana, ternyata Happy Puppy lagi penuh-penuhnya. Shilla, Ify dan Sivia harus
menunggu sembari makan cemilan. Dan walaupun Shilla memakan ¾ jatah yang mereka
beli, toh Sivia dan Ify senang-senang aja. Mereka bahagia akhirnya Shilla balik
menjadi yang dulu, sejak 3 bulan lalu Ify dan Sivia harus uring-uringan karena
Shilla selalu pulang malem setelah berada di taman kompleks.
Ify dan
Sivia juga nggak berniat menjelaskan atau mengungkit, bahkan menyebut nama yang
sudah membuat Shilla menjadi seperti 3 bulan lalu. Cewek itu memang sensitif
dan suka melankolis. Tapi Shilla memang terlalu peka. Kadang kepekaannya
membawa ion positif, atau bahkan negatif. Seperti yang lalu-lalu.
Setelah
giliran mereka dipanggil, Shilla, Ify dan Sivia langsung nyanyi keras-keras.
Mengabaikan bahwa mungkin besok ada ulangan atau mereka harus bangun pagi demi
menghindari kemacetan lalu lintas kota yang makin hari makin parah. Yang ada di
benak mereka sekarang adalah; mereka ingin sejenak melupakan beban yang terus
menerus menopang pada bahu mereka.
“AND LIVE
WHILE WE’RE YOUNG!!” teriak ketiganya kencang. Nggak peduli nadanya melenceng
jauh dari yang seharusnya, toh, mereka bukan lagi konser. Dan nggak ada yang
berani memarahi mereka.
Setelah puas
berkaraoke selama 3 jam, Shilla mengajak Ify dan Sivia untuk makan di Hanamasa.
Ify dan Sivia meng-iyakan karena tadi mereka juga yang menyeret Shilla untuk
berkaraoke selama 3 jam berturut-turut.
Mereka duduk
di meja paling pojok, tepatnya di sudut tembok. Setelah memesan, Shilla
menelepon Mamanya dulu lalu beralih mengobrol dengan Ify dan Sivia.
“Lo ikut kan
nonton pertandingan basket minggu nanti?” tanya Ify membuka percakapan. Shilla
nggak pernah sedikipun tertarik dengan basket. Cuma Ify dan Sivia yang selama
ini mengelu-elukan basket. Pemainnya ganteng, trus cool semua! Begitu komentar
mereka kalo ditanya kenapa mereka suka basket.
“No. Lo tau
gue nggak suka basket.,” jawab Shilla acuh. Ia memainkan ponselnya tanpa
menoleh sedetikpun pada Ify.
“Oh c’mon,
Shill. Refreshing lah dikit. Bening-bening lhooo. Nggak akan nyesel deh.,”
timpal Sivia merujuk. Shilla memutar bola matanya bosan. Shilla memang nggak
pernah ikut kalau diajak nonton pertandingan basket.
“Bener,
Shill. Siapa tau lo bisa melupakan sakit hati lo. Iya kan, Vi?” Ify menoleh,
meminta persetujuan Sivia. Shilla mendengus kesal. Keduanya emang paling kompak
soal cowok bening.
“Nggak. Gue
lebih baik nonton Barca vs Real Madrid daripada nonton basket,” tukas Shilla
kesal. Kini gantian Ify dan Sivia yang memutar bola mata dengan kesal.
“Masih aja
lo berhubungan ama yang berbau si brengsek. Gimana bisa lupa. Hapus aja tuh
pikiran lo tentang bola, alihkan ke basket.,” kata Sivia geram. Bisa-bisanya
Shilla masih menyukai apa yang disukai cowok brengsek itu. Tapi Shilla hanya
mengangkat bahunya acuh. Sejak saat berpacaran dengan cowok itu, Shilla emang
jadi suka bola. Dan sulit untuk dihilangkan atau dialihkan gitu aja.
“Nggak
semudah itu, Vi…”
“Seenggaknya
lo coba ikut kita dulu ke GOR Perjuangan hari minggu ini. Siapa tau hati lo
tergerak,” ucap Ify sembari memakan pesanannya yang sudah datang. Shilla nggak
bisa ngomong apa-apa lagi.
Shilla tahu
Ify dan Sivia akan ke rumahnya pada hari minggu nanti dan menyeretnya kalau
perlu. Padahal hari sabtunya ada SUPER BIG MATCH Barcelona vs Real Madrid yang
benar-benar ditunggunya. Entahlah, Shilla hanya bisa pasrah dengan keadaan.
***
Sebagian mungkin udah pada tau cerita ini kan yea guys? I'll move here so u can enjoy it tanpa harus susah payah nyari nyari notenya oke:) follow me @Lysaafeb or add me on facebook : Lysa Keyness Hutcherson. Thank u
Next Part -->
Next Part -->
Tidak ada komentar:
Posting Komentar